Pj Bupati Tanggamus Ajak Masyarakat Bijaksana Dalam Merespon Informasi
Tanggamus, FajarNews – Era ini membawa banyak informasi yang beredar, namun tidak semua informasi tersebut berkualitas dan dapat dipercaya. Banyak informasi palsu atau hoaks yang beredar dengan cepat dan menyebar luas melalui media sosial.
Demikian disampaikan Pj Bupati Tanggamus Ir Mulyadi Irsan, MT dalam pidato sambutannya, saat pembukaan acara Chip In Literasi Digital (Indonesia makin Cakap Digital), yang berlangsung di Lapangan Gisting Atas, Kabupaten Tanggamus, Sabtu (1/6).
Dituturkan oleh Pj Bupati, Tanggamus ini suatu daerah paket lengkap, masyarakatnya heterogen, selalu aman dan damai, daerahnya sejuk dengan pemandangan alam yang indah luar biasa.
Lanjut Pj Bupati, destinasi wisata alamnya begitu melimpah, karena Tanggamus dikelilingi lautan dengan panjang garis pantai mencapai 202 km, banyak perbukitan dan pegunungan, nama Tanggamus sendiri berasal dari nama Gunung tertinggi di daerah ini yaitu Gunung Tanggamus, kalau dipandang dari sini Gunung Tanggamus terlihat jelas.
“Terkait acara CHIP IN DIGITAL ini, dapat saya jelaskan latar belakangnya, dimana saat ini kita ketahui bahwa Era luapan informasi mengacu pada kondisi melimpahnya informasi dan data yang tersedia bagi individu, organisasi dan masyarakat,” imbuhnya.
Fenomena ini didorong oleh kemajuan teknologi, khususnya perkembangan perangkat digital, internet, dan platform media sosial, yang telah memudahkan akses terhadap informasi dan memfasilitasi penciptaan, penyebaran, dan penyimpanan data dalam jumlah besar.
“Era ini membawa banyak informasi yang beredar, namun tidak semua informasi tersebut berkualitas dan dapat dipercaya. Banyak informasi palsu atau hoaks yang beredar dengan cepat dan menyebar luas melalui media sosial. Mengapa Era Luapan Informasi Bisa Dibilang Memiliki Kerentanan Terhadap Provokasi?” tandasnya.
Masih kata Pj Bupati, provokasi di era luapan informasi bisa diartikan sebagai Informasi yang berlebihan yang mungkin dapat memicu respons emosional seperti kemarahan, frustrasi, atau kecemasan, dan terutama ketika dihadapkan dengan konten yang memecah belah atau menghasut.
Seiring dengan meluapnya informasi yang tersebar di dunia digital, membuat kita yang hidup sehari-hari berdampingan dengan dunia tersebut tidak bisa lagi mem-filter apa yang harus dan apa yang tidak harus kita konsumsi. Menjadi Tugas kita sebagai masyarakat yang baik adalah meminimalisir terjadinya perpecahan antara satu dengan yang lain dalam era luapan informasi ini.
“Sejalan dengan hal itu, yang bisa kita lakukan adalah berkomunikasi dengan baik, karena di era sekarang ini penuh dengan Komunikasi antara satu dengan yang Lain. Komunikasi lisan dan tulisan lebih sering dan intens daripada pertemuan fisik,” ucapnya.
Mari kita samakan terlebih dahulu pemahaman kita tentang komunikasi. Komunikasi sendiri Merupakan sebuah tindakan yang menciptakan arti dan makna dimana Tindakan ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Nah, Dulu sebelum era digital berkembang seperti sekarang, terdapat banyak ketebatasan untuk kita mengakses maupun mengomentari tentang suatu informasi lewat alat digital. Namun sekarang bisa kita lihat bahkan banyak orang yang baru bangun tidur langsung mengecek handphonenya terlebih dahulu, entah hal itu dilakukan untuk mengecek berita terkini, sosial medianya, atau bahkan pekerjaannya.
Semudah itu. Karena kemudahan dalam aksesnya, resiko perpecahan yang timbul Ketika kita mengamati dunia digital pun semakin besar, karena terkadang Ketika kita melihat sesuatu yang tidak sesuai atau bahkan tidak kita ketahui, dan kita berkomentar, akan ada individu lain yang akan mencoba menyanggah komentar kita tersebut.
Kita yang memiliki keyakinan bahwasannya komentar kita itu tidak salah pun mencoba membela diri, dan ya akhirnya terjadilah perdebatan. Perdebatan-perdebatan inilah yang memulai perpecahan, bahkan dari perdebatan seperti ini bisa muncul media-media informasi yang tidak bertanggung jawab yang akan mengeluarkan informasi yang bertujuan untuk penggiringan opini, entah untuk kepentingannya sendiri maupun untuk kepentingan yang lainnya.
“Maka dari itu, kita harus selalu bisa mengontrol diri kita agar tidak terlalu mudah tersulut apabila kita melihat perbedaan pendapat di dunia digital. Ada sebuah kutipan dari seorang filsafat komunikasi yang Bernama Jurgen Habermas, dimana dia bilang “Pemahaman manusia tentang kenyataan selalu subjektif dan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dimiliki,” tambahnya.
Oleh karena itu, komunikasi dapat dipahami secara berbeda oleh individu yang berbeda. Pada akhirnya kita tidak perlu memaksakan diri untuk menerima perbedaan pendapat orang lain, tetapi kita bisa mentoleransi perbedaan pendapat tersebut, dan kita tidak perlu mendebatkan hal tersebut.
“Hidup di dunia, pasti memiliki pandangan yang berbeda, entah budaya, lingkungan, atau kepercayaan, tetap ingat Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu. Jaga selalu kerukunan, jangan mudah terprovokasi, baik itu didunia nyata maupun dunia maya. Kita satu bangsa, satu Bahasa, kita satu Indonesia,” tutup Pj Bupati.
Pembukaan Chip In Literasi Digital (Indonesia makin Cakap Digital) itu dihadiri oleh Gubernur Lampung Arinal Junaidi, Kadis Kominfo Suhartono, Kasat Reskrim Polres Tanggamus Iptu Arbiyanto, SH, Dosen Institute Informatika dan Bisnis Darmajaya RTIK Lampung Sabam Parjuangan T.T, M.Kom, Forkompimda, Sekretaris Daerah, Staf Ahli, Asisten, Camat se-Kabupaten Tanggamus, Ketua TP PKK Tanggamus, Ketua DWP Tanggamus, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan ribuan masyarakat. Acara itu menghadirkan artis dangdut Ibu kota Inul Daratista yang populer dengan goyang ngebornya.(Aannurangga)