Pamalayu Sebahagian Ahli Sejarah Mengatakan Antara Terjadi Dan Tak Pernah Ada
Dharmasraya Sumatera Barat, Fajarnews -Apakah ekspedisi Pamalayu benar-benar pernah terjadi? Untuk membahas hal ini kita harus lebih dulu melihat timeline kapan peristiwa itu terjadi berdasarkan sumber-sumber yang ada:
1274
Keberadaan kota bernama Malayūr dicatat oleh Ibn Sa’id al-Maghribi
1275
Ekspedisi Pamalayu dilaksanakan, dicatat dalam Negarakrtagama (1365 M), Pararaton (1600 M), Kidung Harsa wijaya (1743 M), Kidung Panji Jayawikrama & Kidung Rangga Lawe
Namun sejauh yang saya tahu tidak ada manuskrip non Jawa yang mencatat ekspedisi ini, tidak ada dalam manuskrip lokal Sumatera atau catatan Cina
1281
Yuanshi (1370 M) mencatat Kaisar Cina mengirim duta bernama Sulaiman (Sù lá mán / 速剌蠻) ke Mù lá yóu guó (木剌由國). Perhatikan disini kata Malayu dilekatkan dengan kata 國 yang artinya negara/kerajaan, artinya Malayu pada saat itu adalah kerajaan merdeka, bukan bawahan kerajaan lainnya (atleast menurut sumber Cina)
1286
Prasasti Padang Roco mencatat Kertanegara mengirimkan arca Amoghapāśa ke Dharmmāśraya.
1293
Yuanshi mencatat Malayu (Mù lái yóu / 木来由) mengirimkan duta ke Cina
1295
Yuanshi mencatat terjadi konflik antara Malayu (Málǐ yǔ er / 麻里予兒), dengan Siam (Xiān / 暹 ). Kaisar Cina kemudian memerintahkan Siam untuk berhenti memerangi Malayu
1299
Yuanshi mencatat Malayu (Mù lá yóu / 木剌由) mengirimkan duta ke Cina
1300
Marcopolo dalam perjalan pulangnya dari Cina ke Venice pada 1290-1295 mencatat adanya kerajaan bernama Malaiur, memiliki ibukota yang bernama sama, memiliki raja dan bahasa tersendiri dalam bukunya Il Milione (1300 M)
Yuanshi mencatat Malayu (Mǎ lái hū / 馬來忽) mengirimkan duta ke Cina
– Ekspedisi Pamalayu hanya dicatat dalam sumber-sumber Jawa saja, tidak ada dalam manuskrip lokal Sumatera atau dalam catatan Cina. Catatan Cina sendiri cukup detail mencatat penguasaan kerajaan atas suatu wilayah lainnya. Misalnya catatan Cina mencatat Jawa menguasai Palembang, atau Malaka sempat menjadi vassal Siam. Di sisi lain, pada saat yang bersamaan pada 1295 M justru dicatat konflik antara Siam dan Malayu, anehnya invasi Singhasari ke Malayu pada 1275 M tidak dicatat.
– Sumber-sumber lokal Sumatera, terutama di wilayah bekas kekuasaan Malayupura sejauh yang saya tahu juga tidak pernah mencatat peristiwa ini. Berbeda dengan penguasaan Majapahit di Palembang yang cukup lengkap dicatat dalam sumber-sumber Jawa, catatan Cina, sumber lokal Sumsel (Palembang & Uluan), bahkan dalam catatan Portugis.
– Ada yang mengatakan bahwa gelar Maharajadiraja yang dipakai oleh Kertanegara adalah bukti ketundukan Malayu terhadap Singhasari karena raja Malayu, Tribhuwanaraja hanya menggunakan gelar Maharaja. Ini hanyalah sebatas asumsi saja, menurut saya ini hanyalah perbedaan style gelar yang dipakai di dua kerajaan yang berbeda, Tribhuwanaraja menggunakan gelar Maharaja Srimat, sama dengan pendahulunya 100 tahun sebelumnya yakni Trailokyaraja yang juga menggunakan gelar Srimat Maharaja dalam prasasti Grahi (1183 M), gelar Srimat juga kemudian dipakai oleh Adityawarman pada tahun 1300an. Penggunaan “Maharaja Srimat” bahkan masih dapat ditemui dalam teks mantra Chiri dalam Sulalatus Salatin (1612 M).
– Jika memang Pamalayu benar-benar terjadi bagaima mekanisme penaklukkan dan penguasaan wilayah yang terjadi sebenarnya?, apakah setelah melakukan penyerangan dan berhasil mereka langsung pulang? Atau berkuasa selama 5-6 tahun dulu? Karena berdasarkan Yuanshi pada 1281 M Malayu adalah negara merdeka, sehingga ketika terjadi pengiriman Arca Amoghapasa pada 1286, status Malayu adalah kerajaan merdeka. Deskripsi bahwa Malayu adalah negara merdeka pada 1281 M tentu bertentangan dengan Pararaton yang mengatakan bahwa pasukan Pamalayu baru pulang pada 1293 M.
Sumber:
Pelliot Paul. Deux itinéraires de Chine en Inde à la fin du VIIIe siècle. In: Bulletin de l’Ecole française d’Extrême-Orient. Tome 4, 1904.
Dipublikasikan oleh Fajarnews (Erman Chaniago).