Malapetaka Ubay bin Khalaf, Masihkah Ada Lagi?!
Artikel Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*P enulis Lepas Lintas Jogja Sumatera Malapetaka Ubay bin Khalaf, Masihkah Ada Lagi?! Penulis sengaja menulis ulang judul tertera di atas secara sebut sosok nama sebagai bentuk antipati yang besar terhadap perilaku oleh sosok yang kontroversi sepanjang peradaban manusia khususnya pada perkembangan awal mula agama awal Islam.
Bagaimana tidak, Ubay bin Khalaf dikenal sosok yang menjadi musuh Rasul. Jika Abu Lahab dan Abu Jahal terkenal dengan sikap permusuhan yang sengit dan keras terutama psikologis, namun Ubay bin Khalaf adalah yang membuat siapa saja untuk berlindung kepada Allah dari pada menjadi berkepribadian sepertinya.
Ubay bin Khalaf dikenal sebagai musuh yang berhadapan langsung dengan Rasul. Bahkan, Ubay bin Khalaf adalah di antara orang yang dijadikan sebagai gambaran sosok dengan akhlak buruk. Dikabarkan dalam suatu riwayat bahwa Rasul pernah berduel satu lawan satu dengan sosok yang dijadikan sebagai contoh oleh Rasul langsung berupa balasan buruk di akhirat kelak.
Gholaf bukanlah sosok teladan bagi siapa saja. Sebab contoh jahat, mengetahuinya adalah untuk menjauhinya dan agar dijauhkan untuk tidak menjadi sepertinya. itulah musuh Rasul, Ubay bin Khalaf. Bagi penulis bahkan tidak untuk dijadikan contoh sekedar nama sekalipun.
Petaka! Demikian gambaran tentang sosok si Gholaf tersebut. Bagaimana tidak, Nabi Muhammad, menyebut nama mulia beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam saja terdapat malu mengingat diri masih jauh dari kebaikan apa pun, bagaimana bisa berani bermusuhan bahkan bertarung secara langsung? Di bawah ini sedikit cuplikan tentang pertarungan keduanya yang dikutip dari Islam Pos sekaligus penutup ulasan tentang Malapetaka Sosok Ubay bin Khalaf yang penting untuk diwaspadai.
SEMUA orang tahu siapa Fir’aun, demikian Kafirnya ia sehingga mengaku sebagai Tuhan. Haman adalah perdana menterinya, dan Ubay bin Khalaf adalah musuh besar Islam dari kalangan musyrikin Makkah. Sebelum hijrah, Ubay bin Khalaf pernah berkata kepada Rasulullah,
“Aku memelihara seekor kuda dan aku telah berinya banyak makanan, dengan mengendarainya aku akan membunuhmu di kemudian hari.” Rasulullah berkata kepadanya, “Insya Allah, akulah yang akan membunuhmu.”
Pada perang Uhud, Ubay bin Khalaf mencari-cari Rasulullah ﷺ sambil berkata, “Apabila hari ini Muhammad lolos dariku, maka akulah yang akan celaka.” Kemudian ia menuju Rasulullah untuk menyerang. Para sahabat ingin menombak Ubay bin Khalaf dari jauh, tetapi Rasulullah mencegahnya. Rasulullah berkata, “Biarkan ia mendekat.”
Ketika ia mendekat, Rasulullah mengambil sebilah tombak dari sahabat lalu melemparkannya kepada Ubay bin Khalaf, sehingga lehernya tergores sedikit, dan ia terjatuh dari kudanya. Dengan jatuh bangun Ubay berlari menuju pasukannya sambil berteriak, “Demi tuhan, Muhammad telah membunuhku.”
Kawan kawannya berusaha menenangkannya dan mengatakan bahwa itu hanyalah goresan saja yang tidak perlu dikhawatirkan. Namun Ubay berkata, “Muhammad pernah berkata bahwa ia akan membunuhku. Demi tuhan, seandainya ia hanya meludahiku saja, maka aku akan mati.”
Diceritakan bahwa teriakan Ubay itu bagaikan teriakan kerbau jantan. Sementara itu, Abu Sufyan yang ketika itu menjadi panglima perang, berkata dengan nada mengejek, “Dengan sedikit goresan saja engkau berteriak-teriak.”
Ubay bin Khalaf berkata, “Apakah engkau tidak mengetahui, siapa yang melemparku ini? Ini adalah lemparan Muhammad, aku sangat takut. Demi Latta dan Uzza, jika penderitaanku ini dibagikan kepada seluruh penduduk Hijaz, niscaya mereka akan binasa. Muhammad pernah berkata untuk membunuhku.
Ketika itu aku yakin akan mati di tangannya dan tidak lolos darinya. Seandainya ia meludahiku sedikit saja setelah berkata demikian, pastilah aku akan binasa.” Akhirnya Ubay bin Khalaf meninggal dunia sehari setelah tiba di Makkah.