Kisah Sukses Instruktur Senior Kejuruan Tata Rias Pengantin
Jakarta, FajarNews– Usia tua atau senja tidak menjadi alasan untuk berhenti untuk terus berkarya dibidang kejuruan tata rias pengantin, hal ini ditunjukkan Hj. Siti Kundari Mulyono (83) seorang Instruktur Senior pada Lembaga Pendidikan “MEIDIA RIAS” Kursus dan Sanggar Rias Pengantin dan Kecantikan, yang beralamat Jalan Cempaka Baru VII Nomor I B Jakarta Pusat.
Kun biasa disapa oleh keluarga , sahabat serta anak didiknya, Wanita 83 tahun ini begitu sumringah pada saat tim Direktorat Intala Kemnaker menyambangi tempanya bertaktivitas sehari hari, Nampak ceria, sesekali melemparkan senyuman serta mengajak tim untuk terus mendengarkan cerita dan pengalaman sebagai instruktur LPK.
Kun menceritakan bahwa sejak tahun 1964 dirinya belajar tata rias rambut dan kulit. Setelah menguasai rias rambut dan kulit (make up ) timbul niat untuk mempelajari lebih jauh tentang tata rias pengantin.
“Dalam proses tersebut sempat terhenti pada tahun 1965 karena terjadi peristiwa G30S PKI. Baru pada tahun 1967 dilaksanakan ujian negara tentang kecantikan rambut dan kulit. Nah, pada waktu itu dilanjutkan pada tahun 1968 ujian negara tata rias pengantin”, terangnya. Di Jakarta, Selasa, 14 November 2023
Waktu habis ujian , ada beberapa tetangga yang ingin kursus. Tapi, “saya berpikir apa bisa dengan selesai ujian kita langsung buka kursus ? akhirnya, karena keinginan agar keterampilan itu dikuasai oleh kita. Maka, kita mulai melakukan kursus,” ujarnya.
Pada tahun 1980, ada ujian ujian yakni ujian negara dan nasional dan ujian dilakukan di Karet Tensin Sudirman, Jakarta. Seluruhnya dikumpulkan disana termasuk murid murid saya. Setiap 3 (tiga) bulan sekali ada ujian untuk para perias, para ahli kecantikan rambut yang dilasanakan disana, sebelumnya didaftarkan dulu seluruh LPK ke Dinas Kursus DKI Jakarta.
Ternyata dunia pengantin terus berkembang, dulunya yang laku itu penganten Sunda (Gaun Panjang) dan Penganten Jawa (Solo-Yogyakarta) akhirnya berkembang utk penganten Palembang, Padang ingin mereka kembangkan.
Terkait pengembangan pelatihan, Kun menjelaskan bahwa yang tadinya dimulai dari rias rambut dan kulit, ternyata mengalami perkembangan, pengantin juga diminati. Jadi, kami khususkan untuk pengantin karena penganten itu sungguh amat banyak perkembangannya.
Lanjutnya, dalam kiprahnya LPK, peserta didik, kami ikut serta kan mereka dalam berbagai lomba baik regional, nasional maupun internasional. Biasanya peserta didik, kami ikutkan mereka pada lomba tingkat nasional.
Pada tahun 1987, lanjutnya, kami melakukan Show di Jerman yang teknologinya tinggi dan Perancis dengan designya yang maju. Kita menggunakan model model dari kedua negara tersebut, dan mereka sangat senang dengan kebudayaan kita. Pada tahun 1990, kita melakukan pegelaran di San Fransisco , Hollywood- USA. Selanjutnya, pada tahun 2003 saat Megawati Menjabat Presiden, kami melakukan Show di lima negara.
Kun menambahkan bahwa sampai detik ini kami masih sedih, kenapa ? karena kaum milenial kita kelihatan tidak punya keinginan untuk mengembangkan tradisi budaya kita, rias pengantin adalah bagian dari budaya yang perlu dilestarikan dan jangan sampai hilang , sementara diluar negeri sangat dihargai budaya kita.
Dalam kesempatan tersebut Kun mengusulkan agar kiranya kedepan Rias Penganten dapat diikut sertakan dalam lomba ASC ( Asean Skill Competition) yang akan dilaksanakan dinegara Philipina tahun 2025.
“Mungkin kah tata rias pengantin ini dapat di daftar di ACS. Karena yang ada sekarang ini kecantikan kulit, spa, potong rambut pria. Kalau mungkin kami siap. Bagaimana prosedurnya. Soal menang kalah hal biasa. Tapi yang jelas Indonesia punya pendidikan untuk khusus pengantin. Biar negara luar bisa belajar dari kita,” ujarnya.
Pihaknya, berharap agar Pak Sekjen Kemnaker , Anwar Sanusi, bisa meluangkan waktu untuk menerima audiensi dari Asosiasi Ahli Rias Pengantin Modifikasi dan Moderen KATALIA yang mana Kun sebagai Ketua Umum.
Untuk diketahui Kun dan Lembaga Pendidikan Meidia Rias telah mendapatkan 15 (lima belas ) penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia), dalam merias masal 350 pengantin , yang diserahkan langsung oleh Jaya Suprana. Kemudian dalam kategori internasional merias 50 pengantin, pada tahun 2015, yang dihadiri oleh Mantan Dirjen Binalattas Kemnakertrans, Abdul Wahab Bangkona.
Wanita yang memiliki empat orang anak , empat cucu dan 16 cicit ini ternyata, telah memulai sebagai instruktur pada usia 30 tahun hingga saat ini yang sudah menginjak usia 83 Tahun, tetapi masih nampak kuat dan energik untuk melaksanakan tugasnya sebagai instruktur dan juga mengelola Lembaga Pendidikan tersebut.(Rob).