Kisah Sukses BLKK As’ad Bidang Kejuruan Desain Mode dan Tata Busana

Jambi, FajarNews– Salah satu kisah sukses di Balai Latihan Kerja Komunitas ( BLKK) As’ ad bidang kejuruan desain mode dan tekstil tata busana, tidak diragukan lagi kemampuannya untuk mendesain mode dan tekstil ( tata busana). Kemampuan itu jelas terlihat dari hasil produksi pakaian yang sudah banyak di produksi dan diminati oleh masyarakat bahkan hasil produksinya sudah pernah di pamerkan saat acara G20 di Bali. Salah satu artis dan masyarakat sangat menyukai hasil desain mode tekstil tata busana yang dibuat oleh penjahit handal di BLKK As’ ad.

Kemandirian BLK Komunitas As’ad dalam kurun waktu tiga tahun patut dibanggakan. Sebab selain menggunakan anggaran Kementerian Ketenagakerjaan untuk melaksanakan pelatihan, BLKK itu juga sudah mampu menjalin kerjasama yang baik dengan sejumlah lembaga yang melaksanakan pelatihan dengan cara sharing dana pelatihannya. Potren keberhasilan itu setidaknya jelas terlihat saat pengelola BLKK As’ ad mampu memproduksi dan memasarkan berbagai jenis pakaian yang di produksinya.

BLKK As’ad merupakan salah satu BLKK yang patut diandalkan untuk mencetak kompetensi masyarakat bidang desain mode dan tekstil. BLKK itu menunjukan kemitraannya mencetak kompetensi dan mengurangi pegangguran melalui program pelatihan dan perekrutan tenaga kerja. Sejak BLKK itu dibangun pada 2020 lalu dan memulai pelatihan 2021, sudah ada 48 alumni yang dihasilkan dan seluruhnya bekerja dan membuka usaha mandiri. Ke 48 alumni tersebut merupakan hasil dari program pelatihan melalui anggaran Kementerian Ketenagakerjaan dan APBD Provinsi Jambi tahun 2022.

BLKK As’ad yang berdiri ditengah lahan Yasayasan Perguruan Ponpes As’ad dan terletak di Jl. Qodir Ibrahim, Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi itu dikelola oleh tiga wanita, yakni Desi Susanti sebagai Kepala BLKK, Fitri Wulandari sebagai Instruktur dan Sri Muliani sebagai Pengelola. Ketiga wanita itu saling menopang untuk pertumbuhan dan peningkatan kemajuan BLKK dengan menjalankan peran dan fungsi masing masing.

Desi Susanti misalnya, dirinya berusaha mengelola dan mengembangkan usaha melalui kerjasama dengan pihak luar. Kemudian setelah memperoleh kerjasama orderan menjahit busana, Fitri sebagai instruktur berusaha membuat pola jahitan untuk selanjunya dikerjakan penjahit. Sementara Sri Muliani menjalin hubungan pemasaran secara online dan offline.

“Penting bagi industri pakaian untuk mengikuti tren yang berlaku agar pakaian produksi laku dijual. Oleh karena itu, pakar di bidang desain mode dan tekstil sangat diperlukan oleh industri ini. Kami memiliki “team building” yang diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan kerja kelompok untuk mengembangkan dan memajukan BLKK ini,” kata Desi Susanti.

Desi mengatakan, dari jumlah alumni tersebut ada enam orang yang direkrut untuk dipekerjakan sebagai penjahit baju. Kemudian sisanya membuka usaha jahitan di rumah dan bekerja di industry. Bagi yang membuka usaha mandiri, kata Desi melanjutkan, pihaknya tetap melakukan pembinaan, terutama dalam konsultasi bahan bahan dan pola jahitan.

“Kami masih tetap membina komunikasi dengan para alumni, terutama bagi mereka yang membuka usaha mandiri di rumah. ,” kata Desi di Jambi, Kamis (22/06/2023).

Ia mengatakan, sejak BLKK As’ad berdiri 2020, pihaknya telah melakukan dua kali pelatihan desain dan mode melalui anggaran Kemnaker. Kemudian satu kali melalui bantuan anggaran APBD Provinsi Jambi. Melihat produktivitas BLKK itu semakin tinggi, pemerintah melalui Kementerian Agama pun turut menyalurkan bantunnya berupa alat dan bahan menjahit serta anggaran pelatihan. Kemudian BLKK itu juga memperoleh bantuan CSR dari Bank Indonesia berupa peralatan dan up skill desainer serta etalase display (lemari pakaian dan patung manekin) Maret 2022 dan 2023.

“Semua bantuan itu kami gunakan untuk peningkatakan kapasitas latih dan memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk meningkatkan kompetensi bidang desain mode dan tekstil. Kami juga telah mampu memproduksi sejumlah pakain berupa busana muslim, pakaian pria, jas, seragam sekolah dan jenis pakain lainnya,” kata Desi

Busana muslim itu, kata Sri Muliani menimpali dijual secara online dan offline. Namun produksi pakain jas dan kemeja merupakan orderan dari pihak eksternal. Jadi kata Sri melanjutkan, rejeki BLKK ini lebih banyak dari orderan dibanding hasil penjualan busana muslim.

“Semua hasil desain dan produksi pakaian ini kami beri label (benchmark) Malabisi Indonesia dan itu sudah terdaftar di Haki,” katanya

Meski saat ini mereka tidak melakukan pelatihan namun aktifitas di Gedung BLKK As’ad itu cukup tinggi. Sebab ke enam karyawan mantan peserta pelatihan sibuk menyelesaikan orderan menjahit. Mereka kata Fitri Wulandari, harus menyelesaikan 15 baju jahitan setiap hari. Dari hasil penjualan busana muslim dan orderan jahitan tersebut, BLKK itu sudah mampu mendatangkan income sebesar 45 juta/ bulan. Dari income tersebut mereka mampu meraup keuntungan sekitar 15 juta/bulan. Dengan penghasilan sebesar itu, kemandirian BLKK As’ad semakin sempurna karena kesejahteraan pengelola BLKK dan pekerjanya juga secara perlahan makin meningkat.

“Kami mempekerjakan enam tukang jahit dan semuanya merupakan mantan peserta pelatihan. Dari ke enam itu, tiga diantaranya ber status mahasiswa pondok pesantren As’ad dan tiga status karyawan. Sebagai imbal atau jasanya, ketiga mahasiswa itu memperoleh uang kuliah gratis dan uang saku. Tetapi tiga yang menjadi karyawan mendapat upah sebesar Rp. 1 juta setiap bulan dan itu belum termasuk bonus dan insentif hasil penjualan busana,” kata Desi.

Dengan keberhasilannya mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis pakaian, Kemnaker pun mengapresiasi upaya dan kinerja BLKK tersebut dengan cara mengikutsertakan hasil karyanya untuk dipamerkan pada perhelatan G20 di Bali.

“Kami berterimakasih kepada Kemnaker karena pada waktu pelaksanaan G20 di Bali, kami diberi kesempatan untuk memamerkan berbagai jenis pakaian yang kami produksi,” kata Desi

Sementara itu Pembina BLKK As’ad Abdallah Husin dari BLK UPTD Provinsi Jambi menambahkan, sumber dana APBD ada di BLK Jambi, sebagai penyebar. Jadi salah satu program Gubernur Jambi ada namanya Dumisake ( Dua Miliar Satu Kecamatan). Salah satunya programnya adalah meningkatkan keterampilan para santri sehingga Pondok Pesantren yang punya BLKK diberikan satu paket pelatihan seluruh Jambi. Bahkan yang belum punya BLKK kemarin kita laksanakan. “Jadi ada 80 lebih BLKK yang ada seluruh Jambi mendapat paket pelatihan,” ungkap Abdallah Husin.

Gubernur Propinsi Jambi sangat intens dan peduli terhadap program pengurangan pegangguran dan kemiskinan. Setidaknya, kepedulian itu ditunjukan dengan mengalokasikan dan menyalurkan anggaran pelatihan bagi masyarakat maupun BLKK yang dinamakan dengan Dua Miliar Satu Kecamatan atau Dumisake. Lewat Dumisake, lembaga pemberdayaan masyarakat seperti BLKK memperoleh dana bantuan sebesar 60 – 80 juta.

“Ada 85 paket /tahun program paket pelatihan untuk pemberdayaan masyarakat di Jambi. BLKK As’ad ini memperoleh salah satu dari paket tersebut. Program ini merupakan bentuk kepedulian Gubernur Jambi untuk mengurangi pegangguran dan kemiskinan,” kata Abdallah. (Rob).