Heboh Siswa SD Dibully hingga Kaki Diamputasi, Wakil Kepsek SDN Jatimulya 09: Bercanda, Bercanda
BEKASI, FAJARNEWS- Wakil Kepalas SDN Jatimulya 09 Kecamatan Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat, Sukaemah membantah soal siswa yang menjadi korban perundungan hingga kaki diamputasi.
Seperti diketahui, aksi perundungan yang terjadi pada Februari 2023 menyebabkan FAA cedera pada bagian kaki dan mengalami infeksi bagian dalam.
FAA terpaksa harus kehilangan satu kakinya usai diduga jadi korban bullying atau perundungan di sekolahnya.
Tak hanya itu, orangtuanya pula harus kehilangan pekerjaan karena mengurus dirinya.
Menanggapi hal itu, Wakil Kepala SDN Jatimulya 09 membantah siswa yang menjadi korban perundungan hingga menyebabkan kakinya diamputasi.
“Tadi kami sudah berklarifikasi, kami tidak ada perundungan sama sekali dan prosesnya sudah ke hukum, jadi kami sedang menunggu proses hukum,” kata Wakil Kepala SDN Jatimulya 09 Sukaemah, Selasa (31/10/2023). Dikutip TribunSumsel dari media online FajarNews.com
Lebih lanjut, Sukaemah menjelaskan kejadian yang menimpa korban.
Ketika itu, FAA diselengkat oleh salah satu temannya saat jalan menuju ke kantin.
Hal ini yang diduga dianggap oleh orangnya sebagai perundungan.
Hal ini yang diduga dianggap oleh orangnya sebagai perundungan.
Menurut Sukaemah aksi tersebut dilakukan siswa hanya bercanda bukan perundungan.
“Mereka bercanda, bercanda, main terus jajan, jadi kalau untuk perundungan kayanya terlalu jauh,” terangnya.
Namun, beberapa hari setelah insiden itu, FAA memang dikabarkan sakit pada kakinya.
Bahkan dia harus mendapatkan perawatan intensif.
Pihaknya sekolah, lanjut Sukaemah, tetap memenuhi hak belajar FAA sampai dia dinyatakan lulus sekolah dasar dan lanjut ke sekolah tingkat menengah.
“Ujian kami ke rumahnya, masuk SMP juga lewat kita jadi semua kita fasilitasi, sampai dia masuk SMP 4 kita dampingi,” terangnya.
Tak hanya itu saja, Sukaemah juga mengungkapkan sosok FAA yang dikenal aktif dan pintar.
“F itu anak pintar anak cerdas, pasti kalau diinikan temannya pasti lapor sama Bu Gurunya, tapi selama ini enggak ada,” tegasnya.
Kendati begitu, pihak sekolah tetap menghormati proses hukum yang telah dilayangkan orang tua FAA ke Polres Metro Bekasi terkait dugaan bullying.
“Sudah masuk ke kepolisian, mungkin nanti diproses hukum ya nanti di kepolisian,” jelas dia.
Sebelumnya diberitakan, Pada Agustus 2023, FAA dan keluarganya harus menelan pil pahit lantaran dokter mendiagnosisnya mengalami kanker tulang dan harus dilakukan tindakan amputasi pada bagian kaki kirinya.
Kini FAA tengah dirawat di HCU RS Kanker Dharmais Jakarta usai tindakan amputasi karena kondisnya yang menurun.
“Mohon doanya, saat ini anak saya sedang di HCU RS Kanker Dharmais karena kondisinya menurun pasca operasi amputasi kaki,” ujar orangtua Fatir, Diana Novita dalam keterangannya, Senin (30/10/2023).
Diana menyatakan operasi amputasi merupakan jalan terakhir yang diambil karena sejumlah pemeriksaan di 3 rumah sakit berbeda mulai dari rontgen, hingga MRI, menyatakan hasil yang sama.
“Saya dan keluarga terpukul dengan kejadian ini, apalagi anak saya masih berusia anak-anak dan masa depannya masih panjang. Saya berharap keadilan atas kasus yang menimpa anak saya,”
ucap Diana.
Tidak sampai disitu, Diana yang berstatus single parents dengan dua orang anak ini harus kehilangan pekerjaannya, karena harus mendampingi FAA untuk menjalani pengobatan dan perawatan.
Upaya mencari keadilan juga telah dilakukan mulai dari melaporkan ke pihak sekolah hingga ke Polres Metro Bekasi.
“Saya sudah lapor ke Polres Metro Bekasi pada 17 April 2023. Laporan ini karena saya tidak mendapatkan keadilan dan jalan keluar dari pihak sekolah maupun keluarga pelaku atas aksi bullying dan dampaknya yang sedang dialami anak saya,” jelas warga Jatimulya ini.
Kronologi kejadian
Diana menjelaskan, kejadian bullying sudah berulang kali dialami FAA.
Puncaknya terjadi pada Februari 2023, tepatnya di jam istirahat sekolah.
FAA yang tengah berada di kelas diajak lima orang temannya untuk jajan di luar sekolah.
Saat itu, FAA yang tengah berjalan diselengkat atau ditendang oleh temannya dari arah belakang sehingga terperosok jatuh dengan kondisi luka di bagian tangan dan memar pada dengkul kaki.
Ironisnya, temannya bukan menolong, tapi justru menertawakan dan mengolok-oloknya seraya mengancam, agar tidak menceritakan kejadian tersebut ke orangtua maupun guru.
Aksi bullying itu berlanjut hingga kembali ke kelas kendati teman-temannya melihat FAA yang tengah kesakitan.
Begitupula dengan hari-hari berikutnya, tindakan bullying masih terus berlangsung.
Dia menegaskan, hal ini baru diketahuinya tiga hari pasca kejadian, saat Fatir tidak bisa bangun dari tempat tidurnya karena sakit di bagian kaki.
FAA, kata dia, saat itu bahkan masih menutup- nutupi apa yang dialaminya lantaran ketakutan karena diancam oleh teman-temannya.
“Akhirnya saya paksa untuk mengaku dan saya kaget dengan apa yang terjadi dan dialami anak saya,” ungkap Diana.
Atas kejadian ini, Diana sudah menemui pihak sekolah agar dipertemukan dengan keluarga pelaku.
Namun, apa yang dialami FAA justru seolah diremehkan dan kejadian bullying tersebut dianggap hanya bagian dari bercandaan antar teman.
“Saya sangat kecewa dengan kondisi anak saya yang sedang sakit dan harus terus menjalani pengobatan tapi dianggap bukan sesuatu yang buruk. Aksi bullying yang dilakukan teman- temannya di kelas juga dianggap hanya sebuah bercandaan,” tegas Diana.
Upaya pengobatan yang dijalankan
Lanjut Diana menjelaskan, dokter di RS Dharmais memutuskan melakukan tindakan operasi amputasi, karena kondisi kaki FAA yang dalam observasi terakhir didiagnosis kanker tulang.
Hasil pemeriksaan sebelumnya di RS Hermina, diagnosis berupa infeksi bagian dalam.
Upaya mencari second opinion sebelum dilakukan tindakan operasi ke sejumlah RS lain, seperti RS Pondok Indah dan RS Cipto Mangunkusumo juga telah dilakukan.
Itu karena kondisi kaki FAA yang terus memburuk tindakan amputasi harus dilakukan dan dirujuk ke RS Dharmais.
“Informasi dari dokter, benturan dan cedera yang dialami Fatir memicu aktif munculnya kanker tulang dan sekarang sudah menyebar dan terjadi pendarahan, jadi harus diamputasi.” pungkas Diana. (JAMES N SINAGA)