Foto Grafer Keliling Beralih Pengusaha Konveksi Sukses di Bandung

Picsart_23-08-11_17-08-49-071

Bandung, FajarNews— Saat ini ada begitu banyak orang yang memiliki impian bisa menghasilkan ekonomi yang maksimal untuk memperoleh kualitas hidup yang jauh lebih baik. Berbagai cara pun dilakukan demi bisa memenuhi keinginan mereka yang sebenarnya ‘sangat sederhana’, yakni memperbaiki perekonomian keluarga.

Hal ini pula yang turut dilakukan Agus Saragih, pria yang selama ini aktif menjalani hidup dan kegiatan perekonomiannya di Bandung Jawa Barat. Memiliki kondisi ekonomi yang minim dan berasal dari keluarga yang kurang mampu, tidak membuat Agus patah semangat dalam memupuk asa untuk memperbaiki kualitas hidup.

Ia pun mencoba peruntungannya dengan merintis usaha sebagai konveksi pakaian jadi dan jas almamater, baju toga ber basis door to door. Saat memulai usahanya ini, dirinya membangun kemitraan dengan para tetangga untuk direkrut tukang jahit. Upayanya pun tergolong cukup sederhana, Agus memulainya dengan usaha sebagai foto grafer keliling. Saat merintis usaha sebagai konveksi. itulah, ia melihat potensi pasar yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, timbul keinginan dalam dirinya untuk tidak hanya menjadi seorang foto grafer keliling saja.

Ketika mengikuti pelatihan Tenaga Kerja Mandiri (TKM) pemula program yang diadakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), dalam upaya peralihan profesi yang tadinya sebagai foto grafer keliling khususnya ke kampus kampus timbullah keinginan dan ide untuk membangun usaha Konveksi yang diberi nama usaha Konveksi Banua Indonesia. Setelah memperoleh ilmu yang cukup dari pelatihan yang ditujukan bagi anggota TKM pemula, ia pun memperoleh bantuan dari Kementerian Ketenagakerjaan sebesar Rp 15 juta tanpa bunga. Melalui bantuan TKM dari Kementerian Ketenagakerjaan, Agus Saragih, pria usia 60 tahun yang memiliki empat anak ini akhirnya memiliki beberapa buah mesin obras dan jahit, dan alat potong pakaian, demi memulai usaha konveksi ya yang diberi nama Konveksi Banua Indonesia, Bandung. “Awalnya, setiap order (pesanan) yang masuk, saya nekat menyanggupi semua. Jika kesulitan, saya bekerja sama dengan rekan-rekan saya dan para tetangga yang bergelut di bidang usaha konveksi, saya juga belajar secara otodidak,” kata Agus Saragih.

Agus menyampaikan bahwa jumlah karyawannya tadinya hanya dua orang. Tapi sekarang jumlah karyawannya bertambah menjadi lima orang. salah satu respons positif yang pernah ia peroleh adalah saat menawarkan produk baju almamater, jas dan toga sistem door to door. Tidak menjual produknya melalui online melainkan door to door dengan alasan gagal teknologi ( gaptek).

Awal usaha konveksi dimulai kata Agus, dari tahun 2007 hingga saat ini tahun 2023. Orderan cukup lumayan dari sekolah sekolah dan kampus kampus. Mitra usaha yang ditawarkan door to door ada 11 sekolah di Bandung Jawa Barat. Bahkan ada juga dari luar Jawa Barat yakni, Universitas di Sumatera Barat, Universitas di Makassar, Universitas di Banda Aceh, dan STEI di Banjarmasin.

Agus mengatakan setiap bulannya atau target nya mampu memproduksi baju jas almamater dan toga 400 pcs. Ini tidak di jual secara online karena sudah memilki langganan. Sistem upah yang ditawarkan kepada karyawan atau pekerja adalah borongan. Upah satu toga borongan Rp 12 ribu/ potong. Baju almamater upah borongan Rp 16 ribu/ potong. “Penghasilan setiap bulannya bisa mencapai Rp 8-12 juta.

“Saya berharap kepada pemerintah dalam hal ini Kemnaker agar pembinaan ini terus menerus dilakukan. Juga penyaluran bantuannya kalau bisa lebih ditingkatkan lagi nilai jumlah rupiahnya. Harga bahan pokok pakaian saat ini melambung tinggi,” ungkap Agus. (Rob).