May Day Momentum Membangun SDM Indonesia Unggul Menuju Indonesia Emas 2045

IMG-20240502-WA0016

Oleh : Robert CH. Sitorus. 

Jakarta, FajarNews– Memperingati Hari Buruh May Day merupakan momentum untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dalam bidang Ketenagakerjaan menuju Indonesia Emas tahun 2045.

Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia menjadi perbincangan yang hangat bagi dunia usaha dan dunia industri (DuDi). SDM Indonesia unggul menjadi prioritas utama yang harus dipikirkan oleh pemerintah untuk menuju Indonesia Emas tahun 2045. Saatnya pemerintah lebih sungguh sungguh membangun kualitas SDM dan pekerja jika kita ingin menuju bonus demografi untuk menuju puncak kesuksesan Indonesia Emas tahun 2045 yang akan datang.

Kualitas SDM menjadi kunci utama bagi tenaga kerja dan pekerja mestinya menjadi muara atas semua pekerjaan kementerian/pemerintah. Hasil akhirnya adalah kesejahteraan. Dan itu akan tercapai jika upah naik dan layak yang akan bertalitemali dengan naiknya daya beli. Jika penjualan naik, perusahaan/dunia usaha untung, akan menaikkan upah dan bisa ekspansi/diversifikasi usaha. Pada akhirnya akan butuh pekerja banyak. 

Semestinya pemberdayaan SDM ini menjadi fokus utama pembangunan pemerintah. Bukan melulu tugas kemendiknas dan Kemnaker tetapi seluruh kementerian yang ada. Jika SDM berkualitas, berkompetensi, kreatif, memiliki daya saing, jumlahnya melimpah akan memiliki nilai jual tinggi. Bekerja mandiri pun akan survive bahkan bisa menampung banyak pekerja. Kita rasio jumlah pengusaha masih sekitar 5% dari jumlah penduduk. Sementara negara makmur sudah di kisaran 10-20%. 

Tak ada negara sehebat apapun yang tak memiliki penganggur. Ada pula pekerja yang berani menawarkan kontra-prestasi tinggi. Tapi ini minim. Mereka pastilah memiliki kompetensi dan prestasi hebat dan berani mematok target hebat pula pada pihak yg merekrutnya. Yang jelas kini dunia kerja sedang berubah. Ada banyak profesi tetiba musnah. Tapi banyak pula profesi baru lahir. Termasuk banyak pencari kerja yang memilih berwirausaha. Mereka pastilah paham jalan terjal menanjak berliku akan ditemui ketimbang yang mengikuti gelombang tenang karena menjadi penumpang kapal perusahaan. 

Memang kemampuan perusahaan tidak sama. Itulah bahasan setiap penentuan UMP. Tidak sederhana karena banyak perusahaan yang merasa tak mampu. Sementara tindakan, law enforcement dari pemerintah, nyaris tak ada. Begitu pula terhadap pemberi kerja yang tidak memberikan THR keagamaan tak pernah ada yang sampai ditutup atau diskors.

Pemerintah seharusnya memikirkan satu kementerian yang mengatur soal pendayagunaan SDM sementara setiap tahun ada tambahan sekitar 8 juta pencari kerja. Bagaimana mereka laku dijual, bagaimana meningkatkan kompetensi, daya saing, bagaimana menerobos peluang bekerja di luar negeri, bagaimana mencetak pengusaha baru, membesarkan UMKM, menyinkronkam link and match antara kebutuhan pasar kerja dan lulusan pendidikan kita, rasanya lebih penting dibanding, maaf, urusan pendayagunaan aparatur negara yang harus diurus satu kementerian.  

Masa depan dunia ketenagakerjaan akan dipenuhi dengan dinamika dunia usaha dan dunia industri yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi. Hal tersebut tercermin dari kondisi saat ini yang telah memasuki era digitalisasi.

“Masa depan bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh seberapa kompeten dan seberapa kompetitif pekerja/buruh kita. Oleh karenanya, secara khusus, saya mengajak teman-teman pekerja/buruh untuk terus berupaya meningkatkan kompetensi dan daya saing,.

Peningkatan kompetensi dan daya saing pekerja/buruh memiliki 2 tujuan utama bagi pekerja/buruh. Pertama, meningkatkan keterampilan, keahlian, kemampuan, dan kapasitasnya sehingga dia mampu meningkatkan karirnya. Kedua, peningkatan kompetensi dan daya saing bertujuan untuk membekali diri dengan berbagai keterampilan dan kompetensi yang dapat digunakan untuk alih profesi.

Dua hal tersebut sangat penting agar pekerja/buruh dapat terus survive menghadapi dinamika dunia ketenagakerjaan yang semakin dinamis dan kompetitif.

Untuk menghadapi masa depan ketenagakerjaan, menjadi terampil saja tidak cukup. Kita harus terus menerus mengasah diri, meningkatkan kapasitas diri, agar kita selalu bisa beradaptasi dengan perubahan.

Kementerian Ketenagakerjaan telah menyiapkan berbagai instrumen untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing para pekerja/buruh. Di antaranya pelatihan vokasi melalui program BLK Komunitas bagi pekerja/buruh. Hingga saat ini Kemnaker telah membangun 8 BLK Komunitas yang didirikan bagi serikat pekerja/serikat buruh.

Jumlah ini tentu masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pekerja/buruh kita. Ke depan kita akan lebih memperluas lagi akses peningkatan kompetensi bagi para pekerja/buruh kita.

Selain BLK Komunitas, bahwa BLK atau BPVP juga terbuka bagi pekerja/buruh yang ingin meningkatkan keterampilan dan kompetensi. Karena berbagai instrumen peningkatan keterampilan yang disediakan pemerintah tidak hanya untuk membekali keterampilan (skilling) bagi angkatan kerja baru, namun juga untuk meningkatkan keterampilan (up skilling) dan alih keterampilan (re-skilling) bagi angkatan kerja lama atau pekerja/buruh. (***).