Pertanian Hindroponik Mulai Berkembang di IKN

Picsart_23-10-13_13-37-09-214

Samarinda, FajarNews– Untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur di IKN masyarakat mulai mengembangkan pertanian hindroponik. Terkait dengan itu BPVP Samarinda siap melaksanakan pelatihan kejuruan hindroponik.

Salah satu alumni BPVP Samarinda yang dinilai berhasil mengembangkan pertanian hindroponik di kawasan penyangga Ibu Kota Negara baru menjadil roll model diantara kelompok hindroponik.

Sri Sudarwati yang kini telah memiliki empat green house merupakan contoh yang berhasil mengembangkan pertanian hindroponik Sebagaimana diketahui IKN

menjadi pusat pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Kehadiran IKN juga akan menjadi potensi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di banyak sektor seperti pangan, pariwisata, industri kreatif, jasa dan lain-lain. Bukan hanya sektor kontruksi, pemerintahan, serta sektor formal lainnya. Untuk menyambut perpindahan ibukota negara. Pembenahan itu dilakukan pemerintah dengan cara mengadakan dan melaksanakan berbagai jenis kejuruan pelatihan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Samarinda, Kalimantan Timur.

Salah satu kejuruan yang dilaksanakan di BPVP itu adalah kejuruan pertanian hidroponik. Peserta pelatihan kejuruan hidroponik dilatih mulai cara menginstalasi areal penanaman, aliran air, memupuk hingga memanen tanaman.

Sri Sudarwati adalah salah satu alumni pelatihan BPVP Samarinda tahun 2022 merupakan salah satu peserta yang kini mampu mengembangkan pertanian hidroponik. Awalnya, ia hanya membuka satu green house (areal tanaman hidroponik) di atas lahan kurang dari 90 meter dengan 250 lobang tanam. Seiring dengan hasil panennya yang melimpah, ia mampu membangun empat green house baru di atas lahan seluas 750 meter dengan 4.800 lubang tanam sayur pacoy dan seledri.

“Awalnya saya pinjam modal ke bank, kemudian mendapat bantuan program TKM dari Kementerian Ketenagakerjaan. Modal itu saya gunakan untuk menginstalasi green house. Hasil panen dan penjualan lumayan sehingga bisa berkembang seperti sekarang,” kata Sri saat ditemui di areal tanaman hidroponiknya di Dusun Karangsari, Desa Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu, 11/10/2023.

Ia mengatakan, modal investasi untuk membangun satu areal tanaman hidroponik bisa mencapai RP. 50 juta. Selain mendapat pinjaman modal dari bank, kata Sri melanjutkan, ia juga mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pertamina. Bantuan itu digunakan untuk membangun green house baru. Saat ini, ia telah memiliki empat green house di atas lahan 750 meter. Ia optimis, dengan keuntungan yang diperoleh setiap panen akan mampu mengembangkan areal tanaman hidroponik baru disekitar lahan yang sudah ada.

Untuk menjaga dan merawat tanaman hidroponik itu, Sri mempekerjakan dua tenaga kerja dan diberi upah Rp. 20 ribu/jam. Selain kedua tenaga kerja itu, ia juga dibantu oleh kedua anaknya. Dari luas areal tanaman itu, ia mengaku telah berkali kali panen dan memperoleh untung yang lumayan setiap bulannya.

“Saya sudah berkali kali memanen sayuran dari tanaman hidroponik ini. Hasil panen saya jual ke tengkulak dari Balikpapan. Saya terpaksa menjual hasil panen ke tengkulak karena sulit menjual sayuran itu ke lingkungan IKN. Sampai saat ini, saya belum ketemu link nya ke catering IKN,” katanya sambal menambahkan, panen sayur pakcoi dan seledri itu bisa dua kali sebulan.

Ia mengaku, hasil penjualan sayur mayur dari satu green house bisa bisa mencapi Rp. 5. 6 juta. Dengan memiliki empat green house, maka setiap kali panen ia bisa memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 22.4 juta. Jadi, katanya melanjutkan dalam sebulan hasil penjualan mencapai Rp 50 juta dan keuntungan bisa mencapai sekitar 30 jutaan.

Ia mengatakan, disamping mempekerjakan dua tenaga kerja, ia juga dibantu kelompok Hidroponik Nusantara yang beranggotakan 22 orang untuk merawat tanaman tersebut. Meski masing masing anggota memiliki areal tanaman hidroponik, katanya melanjutkan, areal tanamannya itu dijadikan sebagai basecamp kelompoknya.

“ Jadi kami bermitra merawat tanaman ini secara bersama sama. Namun saya yang paling banyak waktunya merawat tanaman ini karena tinggal di sini,” katanya.

Ia mengatakan, tanaman hidroponik itu akan tetap dikembangkan. Dan untuk saat ini, ia bersama Kelompok Hidroponik Nusantara akan bermitra dengan kantor kas desa untuk mengembangkan usaha tanaman sayur hidroponik.

Sri mengatakan ada kendala yang dihadapinya saat pemasaran hasil pertanian hindroponiknya karena belum bisa masuk akses ke IKN. Harapan saya sih ada orang membantu saya untuk masuk akses ke IKN. Bisa saya peroleh akses untuk memasarkan hasil pertanian hindroponik ini. “Tolong saya dikasih akses masuk ke IKN untuk menjual sayur sawi dan seledri ini,” pinta Sri ibu dua anak ini dengan serius. (Rob).